03Tahapan Pengembangan Sistem Informasi
Sabtu, 24 November 2012
Rabu, 21 November 2012
Senin, 19 November 2012
Mandikan aku Bunda....
Rya, sebut saja begitu namanya. Kawanku ini berotak cemerlang dan memiliki idealisme tinggi. Sejak masih kuliah, sikap diri dan konsep hidupnya jelas yaitu meraih yang terbaik, di bidang akademis maupun profesi yang akan digelutinya. “Be the best” katanya selalu.
Ketika kampus mengirim mahasiswa untuk mendapatkan pelatihan tambahan ke Universitas Indonesia, Rya adalah orang yang terpilih. Singkat cerita, ia mendapat pendamping yang ’selevel’, sama-sama berprestasi, meski berbeda profesi.
Az, buah cinta mereka, lahir ketika Rya diangkat menjadi manajer marketing, bertepatan dengan keberhasilan suaminya meraih PhD. Lengkaplah kebahagiaan itu. Nama panggilan putera mereka itu diambil dari huruf pertama dan terakhir. Jadilah nama yang enak didengar, Az. Aku tak sempat mengira, apa mereka bermaksud menjadikannya sebagai anak yang pertama dan terakhir atau ada maksud lain.
Ketika Az, berusia setahun, kesibukan Rani semakin menggila. Bak garuda, nyaris tiap hari ia terbang dari satu kota ke kota lain, dari satu negara ke negara lain. Aku pernah bertanya, “Tidakkah Az terlalu kecil untuk sering ditinggal?” Dengan sigap Rya menjawab, ”Oh, saya sudah mengantisipasi segala sesuatunya. Everything is OK” jawabnya ringan. Ucapannya itu betul-betul dibuktikan. Perawatan dan perhatian anaknya, ditangani secara profesional oleh baby sitter mahal. Ia tinggal mengontrol jadwal Az lewat telepon. Meski selalu jauh dari orang tua, Az tetap tumbuh menjadi anak yang lincah, cerdas dan gampang mengerti. Kakek-neneknya selalu memompakan kebanggaan kepada cucu semata wayang itu tentang kehebatan ibu bapaknya. Tentang gelar dan nama besar, tentang naik pesawat terbang dan uang yang banyak. “Contohlah ayah bunda kalau Az besar nanti”. Begitu selalu sang nenek, ibunya Rya, berpesan diakhir dongeng menjelang tidur.
Ketika Az berusia 3 tahun, Rya sempat bercerita padaku kalau dia minta adik. Terkejut dengan permintaan tak terduga itu, Rya dan suaminya kembali meminta pengertian sang anak. Kesibukan mereka belum memungkinkan untuk menghadirkan seorang adik buat Az. Lagi-lagi bocah kecil ini ‘memahami’ orang tuanya. Buktinya, kata Rya, ia tak lagi merengek minta adik. Az tampaknya mewarisi karakter ibunya yang bukan perengek. Meski kedua orangtuanya kerap pulang larut, bahkan tak pulang berhari-hari, ia jarang sekali ngambek. Malahan, tutur Rya, Az selalu menyambut kedatangannya dengan penuh ceria. Rya pun langsung memeluknya sambil berkata “malaikat kecilku”. Diam-diam, aku iri pada keluarga ini.
Suatu hari, menjelang Rya berangkat ke kantor, entah mengapa Az menolak dimandikan baby sitter. ”Az ingin bunda yang mandikan” ujarnya penuh harap. Karuan aja Rya, yang detik ke detik waktunya sangat diperhitungkan, tak sempat melakukannya. Ia menampik permintaan Az sambil tetap gesit berdandan dan mempersiapkan keperluan kantornya. Suaminya pun turut membujuk agar Az mau mandi dengan Tante Mien, baby sitter-nya. Lagi-lagi, Az dengan pengertian menurut, meski wajahnya agak cemberut.
Peristiwa ini berulang sampai hampir sepekan. “Bunda, mandikan aku!” ucap Az yang suaranya kian lama kian penuh tekanan. Toh, Rya dan suaminya berpikir, mungkin itu karena Az sedang dalam masa pra-sekolah, jadinya agak lebih minta perhatian. Setelah dibujuk-bujuk, akhirnya Az bisa ditinggal juga.
Sampai suatu sore, aku dikejutkan telponnya Mien, sang baby sitter. “Bu dokter, Az demam dan kejang-kejang. Sekarang di Emergency”. Setengah terbang, aku ngebut ke UGD. Tapi semuanya terlambat. Allah sudah punya rencana lain. Az, si malaikat kecil, keburu dipanggil pulang oleh-Nya.
Ketika diberi tahu soal Az, Rya sedang meresmikan kantor barunya. Ia shock berat. Setibanya di rumah, satu-satunya keinginan adalah memandikan putranya. Setelah pekan lalu Az mulai menuntut, Rya memang menyimpan komitmen untuk suatu saat memandikan anaknya sendiri.
Dan siang itu janji Rya terwujud meski setelah tubuh sikecil terbaring kaku. “Ini bunda Az, bunda mandikan Az” ucapnya lirih di tengah jamaah yang sunyi. Satu persatu rekan Rya menyingkir dari sampingnya, berusaha menyembunyikan tangis.
Ketika tanah merah telah mengubur jasad si kecil, kami masih berdiri mematung di sisi pusara. Berkali-kali Rya, sahabatku yang tegar itu, berkata, ”Ini sudah takdir, ya kan? Sama saja, aku di sebelahnya ataupun di seberang lautan, kalau sudah saatnya, dia akan pergi juga, ya kan?”. Aku diam saja. Rasanya Rya memang tak perlu hiburan dari orang lain. Sedangkan suaminya mematung seperti tak bernyawa. Wajahnya pias, tatapannya kosong. “Ini konsekuensi sebuah pilihan” lanjut Rya, tetap mencoba tegar dan kuat dalam keheningan angin senja yang meniupkan aroma bunga kamboja.
Tiba-tiba Rya berlutut. “Aku ibunyaaa…..” serunya histeris, lantas tersedu hebat. Rasanya baru kali ini aku menyaksikan Rya menangis, lebih-lebih tangisan yang mengharukan. ”Bangunlah Az, bunda mau mandikan Az, beri kesempatan bunda sekali... saja Az.. sekali... saja, Aaa…..zz..” Rya terisak mengiba-iba. Detik berikutnya, ia menubruk pusara dan tertelungkup tak berdaya. Air matanya membanjiri tanah merah yang menaungi jasad Az.
*****
Sering kali seseorang tidak mensyukuri apa yang dimiliki, sampai akhirnya penyesalan hadir dihadapannya. Nasi Telah menjadi bubur, tak lagi bisa diperbaiki.
Hal yang terlihat kecil dan sepele sering kali menimbulkan sesal dan kehilangan yang teramat sangat.
Sering kali orang-orang sibuk ‘diluaran’, orang-orang yang asyik dengan dunia dan ambisinya selalu tidak mempedulikan orang-orang yang semestinya mendapat perhatian darinya. Merasa bahwa masih ada waktu 'nanti' buat mereka jadi abaikan saja dulu.
Sering kali orang-orang takabur dan merasa yakin bahwa pengertian dan kasih sayang yang diberi atau diterimanya tidak akan hilang. Merasa orang lain akan mengerti bahwa sesungguhnya disayangi dan orang lain yang menyayanginya tetap akan ada.
Minggu, 18 November 2012
Quality Improvement
Quality Improvement
Monday, 23 March 2009 Written By Admin
Quality
Improvement adalah suatu metodologi pengumpulan dan analisis data kualitas,
serta menentukan dan menginterpretasikan pengukuran-pengukuran yang menjelaskan
tentang proses dalam suatu sistem industri, untuk meningkatkan kualitas produk,
guna memenuhi kebutuhan dan ekspektasi pelanggan. Peningkatan Sistem Manajemen
Kualitas berdasarkan ISO 9001:2000 lebih menekankan pada aspek peningkatan
proses industri dengan menggunakan data kualitas yang dikumpulkan menggunakan
alat-alat analisis termasuk teknik-teknik statistika. ISO 9001:2000 tidak
menetapkan langkah-langkah yang harus dilakukan oleh manajemen industri ketika
menetapkan peningkatan terus-menerus agar memenuhi persyaratan dari klausul
8.5.1 dalam ISO 9001:2000 (peningkatan terus-menerus) tetapi menuntut adanya
bukti yang menunjukkan komitmen keterlibatan manajemen organisasi melalui
pengukuran, pemantauan, analisis dan peningkatan kinerja proses terus-menerus
dari efektifitas Sistem Manajemen Kualitas.(Gazpers, 2001)
Langkah-langkah peningkatan kualitas
Langkah-langkah peningkatan
kualitas menggunakan konsep PDCA. Konsep PDCA merupakan langkah-langkah yang
sering digunakan dalam analisis dan solusi masalah kualitas, sebagai berikut :
a. P: Plan the solution(s)
(merencanakan solusi masalah)
Rencana
penyelesaian masalah berfokus pada tindakan-tindakan untuk menghilangkan akar
penyebab dari masalah yang ada. Elemen-elemen yang harus ada dalam proses
perencanaan sistem manajemen kualitas adalah tujuan (objectives), pelanggan
(customer), hasil-hasil (outputs), proses-proses (processes), masukan-masukan
(inputs), pemasok (suppliers), dan pengukuran untuk umpan balik dan umpan maju
(measurement for feedback and feedforward). Dalam akronim bahasa inggris dapat
disingkat menjadi : SIPOCOM-Suppliers, Inputs, Processes, Outputs, Customer,
Objectives, and Measurements. Untuk merumuskan tujuan kualitas dalam program
penyusunan program harus mengikuti prinsip SMART Objectives:
• Specific : Tujuan program harus bersifat spesifik yang dinyatakan
secara tegas. Tim peningkatan kualitas harus menghindari pernyataan-pernyataan
tujuan yang bersifat umum dan tidak spesifik.
•Measurable : Tujuan program harus dapat diukur menggunakan indicator
pengukuran yang tepat guna mengevaluasi keberhasilan, peninjuan-ulang, dan
tindakan perbaikan diwaktu mendatang. Pengukuran harus mampu memunculkan
fakta-fakta yang dinyatakan secara kuantitatif menggunakan angka-angka.
• Achievable : Tujuan program harus dapat dicapai melalui usaha-usaha
yang menantang
• Result oriented : Tujuan program harus berfokus pada hasil-hasil
berupa pencapaian target-target kualitas yang ditetapkan
•Time related : Tujuan harus menetapkan batas waktu pencapaian tujuan
dan harus dicapai tepat waktu
b. D: Do or implement the
solution(s) (melaksanakan atau menerapkan rencana solusi terhadap masalah)
Implementasi
rencana solusi terhadap masalah mengikuti daftar rencana tindakan peningkatan
kualitas. Dalam tahap pelaksanaan ini sangat dibutuhkan komitmen manajemen dan
karyawan serta partisipasi total untuk secara bersama-sama menghilangkan akar
penyebab dari masalah kualitas yang telah teridentifikasi. Pencatatan data
kualitas juga harus dilakukan selama tahap pelaksanaan serta identifikasi
penyebab apabila terjadi penyimpangan dalam tahap pelaksanaan.
c. C: Check the solution(s)
results (mempelajari hasil-hasil solusi terhadap masalah)
Setelah
melaksanakan peningkatan kualitas selama selang waktu tertentu, perlu dilakukan
studi dan evaluasi berdasarkan data yang dikumpulkan selama tahap pelaksanaan
itu guna mengetahui apakah jenis masalah yang ada telah hilang atau berkurang.
Analisis terhadap hasil-hasil temuan selama tahap pelaksanaan akan memberikan
tambahan informasi bagi pembuat keputusan dan perencanaan peningkatan kualitas
berikutnya. Dalam tahap study dan evaluasi ini, dapat membandingkan hasil-hasil
sebelum dan sesudah peningkatan kualitas.
d. A: Act to standardize the
solution(s) (bertindak untuk menstandardisasikan solusi terhadap masalah)
Hasil-hasil
yang memuaskan dari tindakan peningkatan kualitas atau solusi masalah harus
distandardisasikan dan selanjutnya melakukan peningkatan terus-menerus pada
jenis masalah yang lain. Standardisasi dimaksudkan untuk mencegah masalah yang
sama terulang kembali.
Analisis proses
Analisis
proses digunakan untuk mengidentifikasi ketidaksesuaian dalam proses dengan
kebutuhan pelanggan. Hal-hal yang tidak sesuai diidentifikasi dan diurutkan
berdasarkan urutan kepentingan, dampak terhadap performansi secara keseluruhan
dan bagaimana ketidaksesuaian itu dapat dihilangkan dengan cara termudah.
Kuantifikasi kesenjangan
1) Tebarkan performansi aktual sebagaimana didefinisikan melalui
ukuran-ukuran efektif terhadap performansi yang diharapkan sesuai dengan
spesifikasi-spesifikasi proses.
2) Hitung perbedaan yang terjadi antara performansi aktual dan
performansi yang diharapkan, selisih yang ada merupakan kesenjangan yang harus
diselesaikan.
RENY DWI JAYANTI_112030051
Selasa, 13 November 2012
Senin, 12 November 2012
Rabu, 07 November 2012
Selasa, 06 November 2012
Langganan:
Postingan (Atom)